MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLAH DAN KHALIFAH DI BUMI
A. Proses Penciptaan Manusia
1. Al Quran Surat al-Mu’minun [23] ayat 12-14
12. Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.(QS. al-Mu’minyn [23] : 12-14.
al-Mu’minun ini menerangkan tentang proses penciptaan manusia yang sangat unik. Proses penciptaan manusia diuraikan mulai unsur pertamanya, proses perkembangan dan pertumbuhannya di dalam rahim, sehingga menjadi makhluk yang sempurna dan siap lahir menjadi seorang anak manusia.
Pada ayat 12, Allah SWT. menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari sari pati yang berasal dari tanah (سُلاَلَةٍ مِنْ طِيْنٍ). Selanjutnya, pada ayat 13, dengan kekuasaan-Nya saripati yang berasal dari tanah itu dijadikan-Nya menjadi nuhfah (air mani). Dalam istilah biologi, air mani seorang laki-laki disebut sel sperma dan air mani wanita disebut sel telur (ovum). Ketika keduanya bertemu dalam proses konsepsi atau pembuahan, maka kemudian tersimpan dalam tempat yang kokoh yaitu rahim seorang wanita.
Selanjutnya, pada ayat 14 dijelaskan ketika berada di dalam rahim seorang wanita tersebut, selama kurun waktu tertentu (40 hari) nuhfah tersebut berkembang menjadi ’alaqah (segumpal darah), kemudian dalam kurun waktu tertentu pula (40 hari) ’alaqah berubah menjadi muigah (segumpal daging), lalu selama kurun waktu tertentu (40 hari) berubah menjadi tulang-belulang yang terbungkus daging, dan akhirnya tumbuh dan berkembang menjadi anak manusia, sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut (”kemudian Kami menjadikan dia makhluk yang berbentuk lain”).
Dalam teori biologi, dijelaskan bahwa manusia berasal dari pertemuan antara sperma seorang laki-laki dengan sel telur (ovum) seorang wanita yang berlangsung di dalam saluran oviduc pada saat ovulasi pada tubuh seorang wanita yang kemudian disebut dengan pembuahan. Kemudian akan dihasilkan zygot yang bergerak ke dalam rahim lalu menempel pada dinding rahim. Di dalam rahim, zygot akan berkembang menjadi embrio kemudian menjadi janin. Dalam perkembangan berikutnya, janin siap lahir setelah melalui masa tertentu. Selama di dalam rahim sampai lahir, asupan makanan diperoleh melalui saluran yang menempel pada dinding rahim yang disebut plasenta. Gambaran yang demikian telah dijelaskan dalam ayat-ayat tersebut.
Sebagai penguatan terhadap penjelasan tersebut, Rasulullah Saw. Dalam sebuah hadis beliau menjelaskan :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَكَّلَ بِالرَّحِمِ مَلَكًا يَقُولُ يَا رَبِّ نُطْفَةٌ يَا رَبِّ عَلَقَةٌ يَا رَبِّ مُضْغَةٌ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَقْضِيَ خَلْقَهُ قَالَ أَذَكَرٌ أَمْ أُنْثَى شَقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ فَمَا الرِّزْقُ وَالْأَجَلُ فَيُكْتَبُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ (رواه البخاري)
Dari Anas bin Malik dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala menugaskan satu Malaikat dalam rahim seseorang. Malaikat itu berkata, ‘Ya Rabb, (sekarang baru) sperma. Ya Rabb, segumpal darah!, Ya Rabb, segumpal daging! ‘ Maka apabila Allah berkehendak menetapkan ciptaan-Nya, Malaikat itu bertanya, ‘Apakah laki-laki atau wanita, celaka atau bahagia, bagaimana dengan rizki dan ajalnya? ‘ Maka ditetapkanlah ketentuan takdirnya selagi berada dalam perut ibunya.” (HR. Bukhari)
Yang menjadi sangat menakjubkan adalah bahwa ketika Al-Qur’an diturunkan, pemahaman manusia terhadap proses kejadian manusia masih belum sampai pada penggambaran yang sangat detail seperti yang digambarkan ayat-ayat tersebut. Namun, Al-Qur’an menggambarkannya dengan sedemikian detail dan gamblang. Bahkan Rasulullah Saw. yang dikenal sebagai seorang Nabi yang ummi, justru bisa menjelaskan dalam hadis di atas. Dan dalam era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semua yang digambarkan dalam ayat Al-Qur’an dan kemudian dijelaskan lebih detail lagi oleh Nabi Muhammad Saw. ternyata semuanya terbukti benar. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah benar-benar wahyu Allah Swt. Apa yang dikandung di dalamnya adalah kebenaran hakiki dan bersifat mutlak (absolut).
- Al Quran Surat al-Nahl [16]:78
a. Terjemah ayat
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.( QS. An-Nahl [16]: 78)
b. Penjelasan Ayat
Ayat 78 surah an-Nahl ini masih erat kaitannya dengan surah al-Mu’minun ayat 12-14 sebagaimana dijelaskan di atas. Pada ayat ini, Allah Swt. menegaskan bahwa ketika seorang anak manusia dilahirkan ke dunia, dia tidak tahu apa-apa. Dengan kekuasaan dan kasih sayang-Nya, Allah Swt. membekalinya dengan atribut pelengkap yang nantinya dapat berfungsi untuk mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak pernah diketahui. Atribut-atribut tersebut ialah berupa tiga unsur penting dalam proses pembelajaran bagi manusia, yakni: pendengaran, penglihatan dan hati/akal pikiran.
Yang menarik untuk ditelaah, bahwa ternyata pendengaran adalah unsur penting yang pertama kali digunakan bagi orang yang belajar guna memahami segala sesuatu. Menurut sebuah teori penemuan modern, bayi yang masih dalam kandungan bisa menangkap pesan yang disampaikan dari luar dan ia sangat peka. Maka ada ahli yang menyarankan agar anak nantinya berkembang dengan kecerdasan tinggi dan kehalusan budi, hendaknya selama di dalam kandungan ia sering diperdengarkan musik klasik dan irama-irama yang lembut. Atau kalau dalam konteks Islam, hendaknya bayi dalam kandungan sering diperdengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, kalimah-kalimah thayyibah. Karena diyakini bahwa sang bayi dapat menangkap pesan menlalui pendengaran itu.
Dalam proses memahami dan mempelajari segala sesuatu, manusia menangkapnya dengan pendengaran, diperkuat dengan penglihatan dan akhirnya disimpan dalam hati sebagai ilmu pengetahuan.
Akhirnya setelah manusia menyadari bahwa dahulu ketika lahir tidak satupun yang bisa diketahui, kemudian atas kemurahan Allah Swt. yang telah memberikan pendengaran, penglihatan dan hati/akal pikiran, manusia bisa mengetahui segala sesuatu dalam hidupnya. Puncaknya, kesadaran tersebut sudah seharusnya mendorong rasa bersyukur yang teramat besar kepada yang telah berkuasa memberikan itu semua. Oleh karena itu, pada akhir ayat, Allah Swt. menegaskan bahwa itu semua diberikan kepada manusia agar manusia mau bersyukur kepada-Nya. Rasa syukur itu kemudian harus diwujudkan dengan pengakuan, ketundukan, ketaatan, kepatuhan yang diekspresikan dalam bentuk keimanan dan direalisasikan dalam bentuk beribadah kepada-Nya. Dia-lah Allah Swt. jat yang Maha Pencipta, jat yang Maha Pemurah, jat yang Maha Kuasa, jat yang Maha Besar dan jat yang berhak disembah oleh sekalian makhluk.
3. Al Quran Surat al-Baqarah [2]: 30 -32
a. Terjemah ayat
30. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ”Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, ”Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu danmenyucikan nama-Mu?” Dia berfirman,”Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
31. Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, ”Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!”
32. Mereka menjawab, ”Mahasuci Engkau, tidakada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (QS. Al-Baqarah [2]: 30-32)
b. Penjelasan Ayat
Dalam ayat 30 surah al-Baqarah ini, disampaikan informasi bahwa sebelum Allah Swt. menciptakan manusia pertama yakni Adam as. hal tersebut sudah disampaikan kepada para malaikat. Diilustrasikan dalam ayat tersebut, terjadi dialog antara Allah Swt. dengan malaikat. Allah Swt. menyampaikan kepada para malaikat bahwa Allah Swt. hendak menjadikan khalifah di muka bumi yaitu manusia. Apakah yang dimaksud khalifah itu? Khalifah berarti pengganti, yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang. Ulama’ ada yang mengartikan bahwa khalifah ialah yang menggantikan Allah Swt. dalam menegakkan hukum-hukum-Nya di muka bumi. Allah Swt. menunjuk manusia sebagai khalifah merupakan penghormatan kepadanya karena kelebihannya dibandingkan makhluk selain manusia, tidak terkecuali malaikat. Dengan menunjuk manusia sebagai khalifah, Allah Swt. juga bermaksud mengujinya sejauh mana manusia bisa melaksanakan amanah sebagai khalifah Allah Swt. di muka bumi.
Ketika Allah Swt. menyampaikan rencana tersebut, malaikat menyampaikan ”Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Bila dikaji dengan baik, pernyataan malaikat tersebut bukan pertanda keberatan atas rencana Allah Swt. tersebut. Perlu diingat bahwa malaikat adalah makhluk yang sangat taat dan patuh terhadap Allah Swt., tidak mungkin malaikat menentang dan mendurhakai-Nya, termasuk terhadap rencana menjadikan khalifah di muka bumi ini. Namun demikian, pertanyaan malaikat tersebut dapat diasumsikan beberapa hal. Pertama, bisa jadi hal itu berdasarkan pengalaman mereka sebelum terciptanya manusia dimana ada makhluk yang berlaku merusak dan menumpahkan darah. Kedua, atau bisa juga malaikat menduga bahwa karena yang akan ditugaskan menjadi khalifah bukan malaikat, maka tentunya makhluk ini berbeda dengan mereka yang senantiasa bertasbih dan memuji Allah Swt. Ketiga, bisa juga karena dari penamaan Allah Swt. terhadap makhluk yang akan diciptakan dengan sebutan khalifah. Kata khalifah ini mengisyaratkan pelerai perselisihan dan penegak hukum, sehingga dengan demikian pasti ada diantara mereka yang berbuat kerusakan, perselisihan dan pertumpahan darah. Wallahu a’lam. Tetapi, apapun latar belakang pertanyaan malaikat tersebut, yang pasti malaikat hanya bertanya kepada Allah Swt. bukan menunjukkan keberatan terhadap rencana Allah Swt.
Kemudian dalam ayat tersebut, diketahui bahwa pertanyaan malaikat itu dijawab singkat oleh Allah Swt.: ”Sesungguhnya Aku (Allah) mengetahui apa yang kamu tidak ketahui”. Jawaban Allah Swt. tersebut juga diperkuat bahwa manusia memang layak ditugasi sebagai khalifah di muka bumi karena kelebihan manusia jika dibandingkan makhluk lain termasuk malaikat. Kelebihan yang sangat nyata adalah kelengkapan unsur penciptaan manusia, yaitu jasad fisik, ruh termasuk di dalamnya nafsu, dan yang terpenting kelebihan akal pikiran yang dikaruniakan Allah Swt. kepada manusia.
Dalam ayat selanjutnya, ayat 31-32, Allah Swt. menyatakan kelebihan manusia dibandingkan makhluk lainnya.
4. Al Quran Surat al – jariyat [51]: 56
a. Terjemah ayat
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (QS. ak-jariyat[51]: 56)
b. Penjelasan Ayat
Allah menegaskan dalam QS. ak-jariyat ayat 56 bahwa tujuan diciptakannya jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya. Beribadah dalam arti menyembah, mengabdi, menghamba, tunduk, tata dan patuh terhadap segala yang dikehendaki-Nya. Ketundukan, ketaatan dan kepatuhan dalam kerangka ibadah tersebut harus menyeluruh dan total, baik lahir maupun batin. Tujuan ibadah adalah untuk mencari riia Allah Swt.
Secara garis besar, ibadah dapat dibedakan menjadi dua yaitu: ibadah mahiah yakni ibadah yang telah ditetapkan ketentuan pelaksanaannya, seperti: shalat, puasa, zakat dan haji; dan ibadah ghairumahiah yakni ibadah yang belum ditetapkan ketentuan secara khusus dalam pelaksanaannya. Sebagai contoh, ibadah melalui menyantuni fakir miskin, berbuat baik, dan hal-hal lain dalam bentuk mu’amalah.
Ibadah merupakan bukti rasa syukur manusia kepada Allah Swt. yang telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk dan yang dengan kemurahan-Nya Allah Swt. memberikan fasilitas hidup. Sikap tersebut sudah seharusnya dimiliki oleh setiap manusia, apabila manusia mempunyai kesadaran akan hak itu. Lain halnya apabila manusia tidak mempunyai kesadaran untuk mensyukuri segala yang telah diberikan oleh Allah Swt., maka ia akan menjadi manusia yang tidak mau tunduk, tidak mau taat dan mengingkari Allah Swt. dengan tidak mau beribadah kepada-Nya.
Rasulullah Saw. sebagai teladan kita telah mengajarkan bahwa ibadah bukan saja kewajiban tetapi kebutuhan kita untuk berteima kasih ataupun bersyukur kepada Allah Swt. Dalam sebuah hadis beliau bersabda :
سَمِعْتُ الْمُغِيرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُإِنْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيَقُومُ لِيُصَلِّيَ حَتَّى تَرِمُ قَدَمَاهُ أَوْ سَاقَاهُ فَيُقَالُ لَهُ فَيَقُولُ أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا (رواه البخاري)
Aku mendengar Al Mughirah ra. berkata; “Ketika Nabi Saw bangun untuk mendirikan shalat (malam) hingga tampak bengkak pada kaki atau betis, Beliau dimintai keterangan tentangnya. Maka Beliau menjawab: “Apakah memang tidak sepatutnya aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR.Bukhari)
B. Perilaku sebagai Hamba Allah dan Khalifah di Bumi
Sebelum kalian menerapkan perilaku sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi sebagai implementasi QS al- Mu’minun [23]:12-14; QS al-Nahl [16]:78; QS al-Baqarah [2]:30-32; dan QS al–jariyat [51]: 56, terlebih dahulu kalian harus membiasakan membaca Al-Qur’an setiap hari.
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai pengahayatan dan pengamalan QS al- Mu’minyn [23]:12-14 sebagai berikut.
12. Selalu sadar diri bahwa kita diciptakan dari sesuatu yang hina.
13. Senatiasa mengakui kemahakuasaan Allah yang telah menjadikan kita dari sesuatu yang hina tersebut.
14. Senantiasa bersyukur kepada Allah yang telah menjadikan kita sebaik-baik bentuk
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai pengahayatan dan pengamalan QS al-Nahl [16]:78 sebagai berikut.
- Senantiasa mengakui kebesaran Allah yang telah menganugerahi kita pendengaran, penglihatan, dan hati nurani.
- Selalu bersyukur kepada Allah atas kenikmatan yang telah diberikan kepada kita berupa pendengaran, penglihatan, dan hati nurani.
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai pengahayatan dan pengamalan QS al-Baqarah [2]:30-32 sebagai berikut.
- Senantiasa mendiskusikan segala sesuatu dengan yang lain sebelum diputuskan untuk melakukannya.
- Senantiasa menerima dengan lapang dada kelebihan yang lain atas dirinya.
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai pengahayatan dan pengamalan QS al–jariyat [51]: 56 sebagai berikut.
- Selalu beribadah hanya kepada Allah baik dalam artian sempit maupun luas.
- Senantiasa mensyukuri segala nikmat yang Allah berikan kepada kita yang dimanifestasikan dengan beribadah kepada-Nya.
C. PEMBAHASAN
- PENGERTIAN HORMAT DAN PATUH
Orang tua merupakan orang yang paling berjasa dalam hidup kita. Bagaimana cara membalas kebaikan orang tua? Salah satu cara membalas kebaikan orang tua yaitu bersikap patuh kepada orang tua. Selain kepada orang tua, kita harus bersikap patuh kepada guru dan sesama anggota keluarga. Berikut pengertian mengenai hormat dan patuh.
Hormat berarti menghargai, takzim dan khidmat kepada orang lain, baik orang tua, guru sesama anggota keluarga. Dalam hubungan dengan orang tua, perilaku hormat ditujukan dengan berbakti kepada orang tua. Berbakti merupakan kewajiban anak kepada orang tua. Berbakti Kepada orang tua merupakan salah satu amal saleh yang mulia. Perintah berbakti kepada orang tua terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an diantaranya QS.Al Baqarah ayat : 83 yang artinya :
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling”.
2. CONTOH PERILAKU HORMAT DAN PATUH
Perilaku hormat dan patuh kepada orang lain sangat baik dilakukan oleh seorang muslim. Oleh karena itu, perilaku hormat dan patuh ini harus diterapkan kepada siapa saja. Berikut adalah contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua, guru dan anggota keluarga.
- Hormat dan patuh kepada orang tua.
Kita hendaknya patuh dan taat terhadap nasihat dan perintah orang tua selama tidak untuk maksiat atau berbuat musyrik. Bila kita diperintahkan untuk berbuat maksiat atau kemusyrikan, kita harus menolak dengan cara yang sopan. Dalam keadaan apapun kita harus tetap menjalin hubungan yang baik dengan orang tua.
- Senantiasa berbuat baik dan bersikap hormat baik dalam tingkah laku maupun tutur kata terhadap kedua orang tua
- Mengikuti keinginan dan saran orang tua selama keinginan dan saran-saran itu tidak melanggar ajaran agama
- Membantu kedua orang tua sesuai kemampuan
- Mendoakan orang tua semoga diberi umur panjang oleh Allah SWT
- Menjaga dan merawat orang tua ketika orang tua sakit
- Setelah orang tua meninggal dunia, kita menghormati orang tua dengan mendoakannya
2. Hormat dan patuh kepada guru
Guru merupakan pengganti orang tua. Guru juga berhak mendapatkan bakti siswa nya. Hal ini karena guru telah memberikan ilmu kepada siswa nya dengan tulus dan ikhlas. Berikut beberapa contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua:
- Memuliakan dan tidak menghina kepada guru
- Mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat
- Memperhatikan guru yang sedang menjelaskan pelajaran
- Bertanya kepada guru apabila ada sesuatu yang belum dimengerti dengan sikap sopan
- Menggunakan cara bahasa yang baik pada saat berbicara dengan guru
- Berpakaian rapi dan sopan ketika belajar
3. Hormat dan patuh kepada anggota keluarga
- Menghormati dan menghargai nasihat keluarga, selama tidak untuk berbuat maksiat atau berbuat musyrik
- Senantiasa berbuat baik dan bersikap hormat terhadap anggota keluarga.
- Mendoakan anggota keluarga semoga diberi kesehatan oleh Allah swt
- Membantu anggota keluarga yang kesulitan.
- Memohonkan ampun kepada Allah swt atas kesalahan anggota keluarga
- Menghormati hak dan kewajiban anggota keluarga yang lain.
3. DALIL TENTANG HORMAT DAN PATUH KEPADA KEDUA ORANG TUA
Pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, termasuk guru sangatlah ditekankan dalam Islam. Banyak sekali ayat di dalam al-Qur’an yang menyatakan bahwa segenap mukmin harus berbuat baik dan menghormati orang tua. Selain menyeru untuk beribadah kepada Allah Swt. semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, al-Qur’an juga menegaskan kepada umat Islam untuk hormat dan patuh kepada kedua orang tuanya.
Muslim yang baik tentu memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua, baik ibu maupun ayah. Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu dan ayah. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat manusia untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt. tersebut antara lain pada Surah Al-Isra’:
Artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S. al-Isra’/17: 23-24)
عَنْ اَ بْنِ عُمَرَ رَ ضِيَ ا للهُ عَنْهُمَا اَ نَّ ا لنَّبِيَّ صَلَى ا للهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ اِ نَّ اَ بَرَّ ا لْبِرَّ اَ نْ يَصِلَ ا لرَّ جُلُ وُ دَّ اَبِيْهِ
Artinya :
Bahwa rasulullah bersabda: sesungguhnya kebaikan yang paling utama adalah seseorang memelihara hubungan baik dengan orang tuanya. (HR Muslim)
Seorang anak selayaknya meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada setiap keinginan dan kegiatannya, hal itu karena restu Allah Swt. disebabkan restu orang tua. Anak yang berbakti kepada orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah Swt.
Apalagi seorang anak akan melakukan atau menginginkan sesuatu. misalnya mencari ilmu, mencari pekerjaan, dan lain lain, yang paling penting adalah meminta restu kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadis disebutkan: Artinya: “Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua.” (HR. Baihaqi)
Dalam hadis lain : “Aku bertanya kepada Nabi saw., “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah Swt.?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)
Kaitan dengan pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, perlu ditegaskan kembali, bahwa berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain), tidak hanya sekadar berbuat ihsan (baik) saja. Akan tetapi, birrul walidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu pun bukanlah merupakan balasan yang setara jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah diberikan orang tua. Namun setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur. Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul walidain, yaitu berbuat baik kepada kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang menggembirakan mereka, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”
Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukanlah tanpa alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita berbakti kepada kedua orang tua dan guru.
4. KISAH TELADAN HORMAT DAN PATUH KEPADA KEDUA ORANG TUA DAN GURU
Dahulu dimasa Bani Isra’ il ada seorang shaleh yang mempunyai anak kecil dan pedet ( anak lembu ). Kemudian pedet itu dibawanya ke hutan sembari berdo’ a; “Ya Allah saya titipkan lembu ini kepada- Mu untuk putraku hingga ia besar.”
Kemudian orang tersebut meninggal, sedangkan lembu itu hidup sendiri di dalam hutan tanpa penggembala, bahkan bila melihat orang akan segera lari seperti seakan- akan liar.
Singkat cerita, anak dari orang shaleh itu telah dewasa. Ia sangatlah berbakti kepada ibunya, sehingga ia membagi waktu malam menjadi tiga bagian:
- Sepertiga untuk sembahyang
- Sepertiga untuk tidur
- Sepertiga untuk menjaga ibunya
Dan apabila pagi telah tiba, ia akan pergi untuk mencari kayu, kemudian dibawa kepasar untuk dijual. Hasil dari penjualannya pun dibagi menjadi tiga bagian:
- Sepertiga untuk sedekah
- Sepertiga untuk makan
- Sepertiga untuk ibunya
Pada suatu hari ibunya berkata, “Ayahmu telah mewariskan untukmu seekor lembu yang dititipkan kepada Allah di hutan, maka pergilah engkau ke sana dan berdo’ alah pada Tuhannya Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq dan Yaqub semoga mengembalikannya kepadamu. Tanda lembu itu adalah kulitnya berwarna kuning berkilauan bagaikan emas, terutama jika terkena oleh sinar matahari”
Kemudian pergilah ia ke hutan, dan ketika telah melihat lembu seperti yang dimaksudkan ibunya ia berdo’ a,
“Aku panggil engkau demi Tuhan- nya Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Yaqub. Segeralah datang kemari.”
Maka larilah lembu itu sehingga berdiri tegak di depannya. Lalu ia pegang lembu itu untuk dituntun menuju rumahnya, namun tiba- tiba lembu itu berkata,
“Wahai pemuda yang taat kepada ibunya, naiklah ke atas punggungku untuk memudahkanmu”
Jawab pemuda, “Ibuku tidak menyuruhku demikian, tetapi ia berpesan agar aku memegang lehermu dan menuntunmu pulang”
Lembu itu kemudian berkata, “Demi Tuhannya Bani Isra’ il, jika engkau tidak dapat mengendaraiku maka berjalanlah. Hai Pemuda sekiranya Anda perintahkan kepada bukit untuk berpindah tempat pasti akan benar- benar berpindah semua bukit itu karena ketaatan dan baktimu terhadap ibumu.”
Setelah sampai di rumahnya, diserahkanlah lembu itu kepada ibunya. Ibunya kemudian erkata, “Hai anakku, engkau miskin dan tidak berkecukupan. Dan tentu sangat berat bagimu mencari kayu di waktu siang dan bangun ketika malam, karena itu lebih baik kamu jual saja lembu ini”
Ia kemudian bertanya kepada ibunya, “Harus kujual dengan harga berapakah, Ibu?”
“Tiga dinar”, jawab ibunya, “Dan jangan dijual terlebih dahulu sebelum bermusyawarah denganku”
Pada masa itu harga lembu memang sebesar tiga dinar. Lalu dibawalah lembu itu kepasar, dan tanpa sepengetahuannya Allah telah mengutus seorang Malaikat untuk menguji ketaatan pemuda itu terhadap ibunya. Kemudian datanglah Malaikat ( yang menjelma menjadi seorang manusia ) menemui pemuda tersebut dan bertanya kepadanya,
“Dengan harga berapakah Anda akan menjual lembu ini?”
“Tiga dinar dengan rela ibuku”, jawab pemuda itu.
“Bagaimana jika saya beli dengan enam dinar dengan syarat tanpamemberitahu ibumu?”
Jawab pemuda, “Andaikan Anda memberi padaku seberat lembu ini uang emas, maka aku tetap tidak akan menerimanya jika tanpa ridha dari ibuku”
Kemudian ia pulang untuk memberitahu apa yang terjadi kepada ibunya. Ibunya berkata, “Kini engkau boleh menjualnya sebesar enam dinar dengar ridhaku”
Maka kembalilah ia ke pasar dan berkata kepada Malaikat yang telah menjelma menjadi manusia itu, “Ibuku telah ridha apabila aku menjualnya dengan harga enam dinar, dan tolong jangan dikurangi dari harga itu”
Jawab Malaikat, “Kini akan saya bayar kepadamu sebesar duabelas dinar dengan syarat tanpa memberitahu kepada ibumu”
Maka kembali lagilah ia kepada ibunya untuk memberitahukan akan hal itu. Lalu ibunya berkata, “Yang datang kepadamu itu adalah seorang Malaikat yang akan mengujimu. Maka bila ia datang kembali tanyakanlah kepadanya ‘apakah lembu ini boleh dijual atau tidak?’”
Kemudian ia kembali lagi ke pasar dan menanyakan hal yang sama seperti yang diperintahkan ibunya. Ketika ditanyakan hal itu, Malaikat tersebut berkata, “Pulanglah Anda dan katakan kepada ibumu agar mempertahankan dahulu lembu ini sebab Nabi Musa bin Imran a.s. yang akan datang untuk membeli lembu ini. Maka jangan dijual kecuali jika dengan harga uang emas seberat lembu ini.”
Maka ditahanlah terlebih dahulu lembu itu sehingga terjadi perintah dari Allah kepada Bani Isra’ il untuk menyembelih lembu. Dan ketika dicari lembu yang memenuhi syarat, maka tidak ada yang lain kecuali lembu milik pemuda itu. Kemudian akhirnya dibelilah lembu itu dengan harga uang emas seberat badan lembu tersebut.
Ini sebagai karunia dan rahmat dari Allah swt. Karena ketaatan dan baktinya pemuda itu terhadap ibunya.
- Kisah Imam Syafi’i Hormat kepada Gurunya
Dikisahkan, Imam Syafi’i yang sedang mengajar para santrinya di kelas, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan seseorang berpakaian lusuh, kumal dan kotor. Akan tetapi Imam Syafi’i langsung mendekati dan memeluknya. Para santri kaget dan heran melihat perilaku gurunya itu. Mereka bertanya: “Siapa dia wahai Guru, sampai engkau memeluknya erat-erat. Padahal ia seorang kumuh, kotor, dan menjijikkan?” Imam Syafi’i menjawab: “Ia adalah guruku. Ia yang telah mengajariku tentang perbedaan antara anjing yang cukup umur dengan anjing yang masih kecil. Pengetahuan itulah yang membuatku bisa menulis buku fiqh ini.” Sungguh mulia akhlak Imam Syafi’i. Beliau menghormati semua guru-gurunya, meskipun dari masyarakat biasa.
5. HIKMAH PATUH DAN HORMAT KEPADA KEDUA ORANG TUA DAN GURU
Kita telah membahas arti pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, Adapun hikmah yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain seperti berikut.
- Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amalan yang paling utama.
- Apabila kedua orang tua kita ridha atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun ridha.
- Berbakti kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.
- Berbakti kepada kedua kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur.
- Berbakti kepada kedua orang tua dapat memasukkan kita ke jannah (surga) oleh Allah Swt.
CONTOH SOAL:
- Islam melarang durhaka kepada orang tua. Tidak hanya di dalam al-Qur’an, di dalam hadis juga ditemukan larangan tersebut, salah satunya adalah hadis di bawah ini

Hadis di atas menjelaskan ada empat golongan manusia yang bener-benar Allah tidak akan memasukkan mereka ke dalam surga dan tidak akan dapat merasakan kenikmatannya, yaitu:
A. Orang yang membiasakan diri minum-minuman keras (khamar), orang yang makan harta ribs, orang yang mengambil harta orang lain tanpa hak, dan orang yang durhaka kepada orang tuanya.
B. Orang yang membiasakan diri minum-minuman keras (khamar), orang yang makan menyakiti anak yatim, orang yang mengambil harta orang lain tanpa hak, dan orang yang durhaka kepada orang tuanya.
C. Orang yang membiasakan diri minum-minuman keras (khamar), orang yang makan harta anak yatim dengan cara yang kejam, orang yang menyakiti tetangga, dan orang yang durhaka kepada orang tuanya.
D. Orang yang membiasaksn diri minum-minuman keras (khamar), orang yang makan harta riba, orang yang makan harta anak yatim dengan cara yang kejam, dan orang yang durhaka kepada orang tuanya
Jawaban: D
Hormat berarti menghargai, takzim dan khidmat kepada orang lain, baik orang tua, guru sesama anggota keluarga. Dalam hubungan dengan orang tua, perilaku hormat ditujukan dengan berbakti kepada orang tua. Berbakti merupakan kewajiban anak kepada orang tua. Berbakti Kepada orang tua merupakan salah satu amal saleh yang mulia. Perintah berbakti kepada orang tua terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an.
Soal ini membahas bab Perilaku sebagai Hamba Allah dan Khalifah di Bumi
- Setiap orang tua selalu mengharapkan anak-anaknya patuh dan berbakti kepadanya. Berbagai cara dan nasehat dilakukan agar anaknya mau mengerjakan shalat, puasa, bersekolah, belajar yang sungguh sungguh dan perilaku mulia lainya. Akan tetapi tidak semua orang tua dapat mewujudkan harapannya. Banyak ditemui anak-anak yang membangkang dan melawan keinginan orang Mereka bolos sekolah, minum.minuman keras, dan perilaku tidak terpuji lainnya. Perilaku anak tersebut dilarang agama karena bertentangan dengan ayat…
A.
B. 
C. 
D. 
Jawaban: B
- Tunduk dan patuh pada orangtua adalah kewajiban setiap anak. Ridho Allah terletak pada ridho orangtua.
- Soal ini membahas bab Perilaku sebagai Hamba Allah dan Khalifah di Bumi
- Manusia ditugaskan sebagai khalifah, maksudnya …
A. Wakil
B. Melaksanakan tugas
C. Pemimpin di muka bumi
D. Penegak hukum di antara manusia
E. Merupakan amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.
Jawaban : E
4.Dalam QS. al-Baqarah ayat 30, malaikat menyatakan bahwa setelah manusia berada di muka bumi, ia akan …
A. Berbuat aniaya
B. Melestarikan alam
C. Membuat kerusakan
D. Melaksanakan ibadah
E. Suka Memberi pertolongan
Jawaban: C
- Secara bahasa, ibadah berarti …
A. Ikhtiar
B. Kanaah
C. Tawakal
D. Istikamah
E. Tunduk dan patuh
Jawaban: E
6. Menurut riwayat Ali bin Abu Thalib, beribadah berarti …
A. Menyendiri
B. Koreksi diri
C. Merenung diri
D. Mencari jati diri
E. Mengakui diri sebagai hamba Allah
Jawaban: A